Laman

Selasa, 19 Maret 2013

Transportasi Ramah Lingkungan


Sistem transportasi yang sehat dan ramah alam adalah solusi bagi mobilitas penduduk di perkotaan.
Transportasi sehat dan ramah alam adalah sistem transportasi yang bisa meningkatkan efisiensi energi, menggunakan bahan bakar bersih dan mobilitas yang ramah lingkungan dengan atau tanpa kendaraan bermotor.
Semakin efisien penggunaan energi sebuah moda transportasi, semakin rendah produksi emisinya. Semakin rendah emisi dan polusi yang dihasilkan semakin sehat lingkungan dan masyarakat yang menggunakannya.
Salah satu contoh sistem transportasi ramah lingkungan adalah kereta listrik. Kereta listrik menjadi alat transportasi modern di hampir semua kota besar dunia. Negara maju seperti Jepang dan negara-negara di Eropa sudah menggunakan sistem transportasi ini sejak puluhan tahun lalu.
Sistem transportasi sehat dan ramah lingkungan tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan namun juga bagi perekonomian sebuah negara.
Di Eropa, para analis menyimpulkan, transportasi publik yang sehat dan ramah alam mampu memberi manfaat ekonomi dua kali lipat dari investasi yang dikeluarkan.
Sementara itu upaya mengurangi kandungan sulfur dalam bahan bakar transportasi di wilayah Afrika Sub-Sahara, bisa mengurangi biaya kesehatan dan biaya ekonomi lain hingga US$980 juta per tahun.
Dalam skala global, menurut Program Lingkungan PBB (UNEP), investasi sebesar 0,34% dari PDB dunia per tahun di sektor transportasi hijau selama periode 2010-2050, bisa mengurangi konsumsi minyak sebesar 80% dan menambah lapangan kerja baru sebesar 10%.
Dengan beralih ke transportasi publik, bersepeda atau berjalan kaki, kita juga bisa membantu mencegah dampak negatif pemanasan global.
Contoh paling populer adalah keberhasilan kota Curitiba mengurangi pemakaian bahan bakar hingga 30% dibanding kota-kota besar lain di Brasil.
Kesuksesan ini menginspirasi kota-kota besar lain di dunia guna mengadopsi strategi yang sama.
Di London, pajak emisi (congestion charge) – pajak yang dikenakan bagi mereka yang menggunakan mobil pribadi di lokasi dan waktu-waktu tertentu di Kota London – mampu mengurangi 70.000 perjalanan menggunakan kendaraan pribadi dan 20% emisi CO2.
Pajak dan kuota kendaraan di Singapura mampu menekan pertumbuhan kepemilikan dan penggunaan kendaraan pribadi. Sementara layanan bus rapid transit system (BRT) di Bogota, Kolombia – seperti busway di Jakarta – mampu mengurangi emisi per penumpang sebesar 14%.
Keberhasilan sistem BRT ini banyak ditiru di kota-kota besar lain seperti di Lagos, Ahmadabad, Guangzhou dan di Johannesburg, Afrika Selatan.
Di Eropa, banyak kota yang kini mengikuti keberhasilan Kota Zurich, Swiss berinvestasi di sistem kereta trem sebagai tulang punggung transportasi perkotaan.
Kereta trem menjadi alternatif dari sistem kereta listrik bawah tanah yang mahal.
Penetapan standar emisi dan program berbagi tumpangan juga terbukti mampu mengurangi ketergantungan akan kendaraan pribadi.
Sementara penciptaan zona polusi beserta waktu penerapannya bisa membantu mengurangi kemacetan dan polusi udara sekaligus meningkatkan produktifitas dan kualitas hidup masyarakat kota.
Catatan Redaksi:
Artikel ini diolah dari laporan Program Lingkungan PBB (UNEP) berjudul Towards a Green Economy: Pathways to Sustainable Development and Poverty Eradication – A Synthesis for Policy Makers.
Sumber Redaksi Hijauku.com

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Makasih gan udah share , blog ini sangat membantu dan bermanfaat ......................


bisnistiket.co.id